
oleh : Jafar
Suatu pagi, dibalik karang nampak udang dan kakap sedang asik berbincang bincang.
Kakap menanyakan keberadaan udang beberapa hari ini, kenapa tidak ikut main bersama teman teman yang lain.
Udang: “aku malu ikut main bersama kalian, karena ternyata di dunia manusia, nama saya untuk melabeli sesama temannya, Otak Udang, yakni label untuk jenis manusia yang sukar mengerti/ bodoh. Apakah saya termasuk hewan bodoh?”
Kakap, menjawab dengan santun, untuk memberi motivasi kepada temannya: “Manusia memang keterlaluan, kenapa harus pakai “nama dunia hewan” untuk menggambarkan keadaan/ sifat/ tabiat manusia. Kalau menurut saya, kamu normal-normal saja udang. Memang secara kodrat, Allah menciptakan kita dengan bentuk yang tidak sama, namun semua punya kelebihan dan kekurang masing masing.”
Udang: “menurut kamu, kenapa manusia menggunakan nama UDANG, untuk melabeli temannya yang bodoh dengan otak udang?”
Kakap: “Ini perkiraan saya ya ….hmm Mungkin sebelumnya manusia sudah berupaya mencari hewan apa yang perbandingan volume otaknya dengan besar tubuhnya paling kecil … hmm dari hasil penelitian mereka, menemukan bahwa udang, merupakan hewan dengan otak terkecil, atau sederhana. Manusia menuliskan di beberapa artikelnya, Otak udang jauh lebih kecil, hanya terdiri dari beberapa kelompok sel saraf, atau ganglia. Itu ditemukan di bagian belakang, atau punggung, sisi kepala udang”
“Meskipun “dia” menuliskan otak yang paling sederhana, belum ada manusia yang berhasil membuat bahan sel saraf, khususnya saraf otak, meskipun hanya satu sel. Manusia hanya menggabung dari beberapa bahan yang telah tersedia”, ungkap kakap mempertegas pernyataanya.
Udang mengangguk anguk, seakan-akan membenarkan apa yang disampaikan oleh kakap. Dengan hati-hati Kakap melanjutkan pembicaraannya,: “kalau saya piker-pikir …. Hmmm ini untuk kita saja ya, jangan sampai ikan pari manta tahu, khawatir dia tersinggung …. ikan pari manta, termasuk otaknya jauh lebih besar dari kamu …. Namun harga udang lebih mahal dari harga ikan pari manta ….”
Udang terlihat sedikit ceria, mendengar kelakar yang dilontarkan kakap ….
“sebenarnya kita tidak perlu merendahkan yang lain untuk menunjukkan kelebihan kita” jawab udang dengan bijaksana.
“kamu cukup beruntung kakap …. Nama kamu dipakai untuk sesuatu yang waahhh …. Kelas Kakap …. dan ternyata ada beberapa teman yang nasibnya seperti saya, yakni teri …. Ehh jangan sampai teri dengar perpincangan kita ya …. Khawatir tersinggung, … down … “ kata udang melanjutkan pembicaraan.
“Alhamdullilah, teri tidak memasalahkan namanya untuk melabeli sesuatu yang dianggap remeh/ kecil oleh manusia. Dia tidak ambil pusing manusia memandah remeh jenis ikan teri. Karena dia (teri) tahu, bahwa keberadaannya sangat menentukan di dalam system rantai makanan” jawab kakap tenang, tidak menampak sikap jumawa, meskipun nampak dari jawaban yang diberikan ke udang, kakap jauh lebih berpengalaman.
Dengan mengatur napas dan posisi, kakap melanjutkan pembicaraan,: “saya pun, juga mengalami nasib seperti kamu. Kata kakap, tidak selalu ditempelkan pada hal baik. Manusia kadang melabeli oknum, penjahat kelas kakap. Saya kurang tahu kenapa manusia menggunakan nama kakap, tidak nama PAUS untuk menggambarkan sesuatu yang besar atau sangat besar”
“itulah manusia” tutur kakap melanjutkan pembicaraan.
“mereka menggunakan nama kita untuk memberikan gambaran terhadap sesuatu, sebenarnya untuk memperhalus keadaan, namun karena situasi yang berbeda, akan membuat makna yang berbeda pula” tutur kakap, sambil memperhatikan gerakan badan udang.
“saya mulai sedikit paham, mungkin …. Hmmm manusia tidak bermaksud merendahkan udang, dibanding jenis ikan lainnya …. Manusia menggunakan ungkapan “otak udang” karena secara anatomi Otak udang jauh lebih kecil, hanya terdiri dari beberapa kelompok sel saraf, atau ganglia. Letaknya di bagian belakang, atau punggung, sisi kepala udang” tutur udang dengan wajah ceria. Kegalauan sudah tidak nampak pada wajahnya.
Dari kejauhan nampak gurita berjalan mendekati mereka berdua.
“ke mana saja kamu beberapa hari ini udang? Kok tidak datang ikut bermain bersama teman-teman” tutur gurita dengan semangat kepada udang .
“Alhamdulillah, saya baik-baik saja …. Hmmm dipikir-pikir …. Nama gurita juga dipakai manusia untuk melabeli sesuatu” ucap udang dengan terkekeh-kekeh.
Diiringan kakap dan gurita akhirnya udang pergi bermain bersama teman-teman yang lain.